Sunday, January 21, 2007

Hari Libur dan Dua Pesta Pernikahan

LIBUR minggu ini sepertinya tidak berlaku bagi saya dan istri. Biasanya kami santai di rumah, istirahat, mengurusi taman, menyapu, mengepel, atau masak besar, namun Sabtu-Minggu kemarin menjadi hari yang penuh aktivitas di luar rumah.

Sabtu pagi pukul 10, dari biasanya menyapu dan mengepel, kali ini kami harus pergi ke Lebak Bulus untuk menemui Dama, adik Henny teman kami semasa kuliah di Jogja. Dama mau mengasih barang titipan Henny sebagai kado perkawinan kami.

Sebenarnya sudah lama kami janji dengan Dama untuk bertemu, namun waktu saja yang kebetulan belum cocok. Kami berdua bekerja Senin sampai Jumat. Ditambah dua sabtu terakhir, istri saya masuk kerja dari pagi sampai sore. Dia sedang mengerjakan stock-opname barang di kantornya.

Sementara Dama, sehari-harinya kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat. Sabtu lalu kebetulan kalender merah. Libur. Kami pun janjian bertemu di Kentucky Fried Chicken bawah Carrefour Lebak Bulus. Pukul 11.15 kami bersua dan akhirnya makan siang bareng. Dama mengajak seorang teman kampusnya.

Henny menitipkan Dama sebuah kado tikar pandan khas buatan Pantai Cermin Medan buat kami. Henny pun mengirimkan sebuah surat dan foto pertunangannya. "Sudah lama aku nggak menerima surat begini, loh," kata istri saya.

Dengan Dama, istri saya mengobrol panjang lebar soal keluarganya dan pertunangan Henny. Henny memang teman dekat istri saya sejak kuliah. Mereka mengalami suka duka bersama. Pada awal 2004, mereka berdua mengadu nasib bareng di Jakarta, tinggal di gang senggol di sekitar Kramat. Pernah juga di Kalideres. Saya tahu karena ketika masih pacaran, istri saya rutin memberi kabar tiap hari.

Saat itu saya masih berjibaku kuliah di kampus. Dengan sms tiap hari, saya rasa Jakarta-Jogja seperti tak berjarak.

Dama juga menceritakan soal rencana pernikahan Henny tahun depan. Kami senang karena dengan rencana tersebut, berarti teman kami telah maju melangkah dalam hidup. Fase menikah. Dama juga saya kasih ancer-ancer rumah kami di Kelapa Dua. Yah, siapa tahu dia main ke rumah untuk sekadar jalan-jalan.

Pukul 13.00 kami pun berpisah. Siang itu, saya dan istri terjebak hujan disertai angin cukup kencang. Kami naik motor sehingga kami tidak berani nekat menerjang hujan. Kami menunggu di mall situ kurang lebih sejam setengah sebelum hujan benar-benar reda.

Pukul 14.30 kami dengan basah kuyup sampai di rumah.

***


MINGGU, 21 Januari sore pukul 16.30. Kami bersiap pergi ke pesta pernikahan dua tempat sekaligus. Pertama, pesta Natalia, teman kantor istri saya sedang yang kedua resepsi Mas Andreas-Sapariah. Waktu pestanya sama: 19.00-21.00. Namun tempatnya terpisah amat jauh.

Pesta Natalia berada di Wisma Angkasa Pura, Kemayoran Jakarta Pusat. Banyak orang yang hadir. Pakaian rapi. Wangi. Mewah. Kambing guling. Dimsum. Sup Jagung. Empek-empek. Di lokasi pesta, kami bertemu dengan Elly dan Sri, teman kantor istri. Mereka makan bareng. Saya cuma ambil sup jagung karena pertimbangan praktis.

Di Kemayoran kami hanya setengah jam. Itu sudah membuat saya ketar-ketir kuatir datang amat telat di resepsi Mas Andreas. Perjalanan Kemayoran ke Palmerah jauh. Kami mengebut lewat Pasar Baru ke perempatan Gajah Mada. Belok kiri lurus melewati Thamrin, menuju le lorong bawah Jalan Soedirman. Dari situ kami menuju ke barat ke arah Palmerah.

Sesampai di parkir Apartemen Permata Senayan, tempat resepsi Mas Andreas, sudah pukul 20.35. Saya merasa sudah sangat telat. Resepsi ini merupakan perayaan pernikahan mereka yang kedua, mengingat pesta sebelumnya mereka langsungkan di Pontianak, kota asal Sapariah.

Begitu masuk tempat pesta, kami pun disambut mempelai pria. Bagi saya pribadi, Mas Andreas ini lebih dari seorang teman. He is like my relatief than a friend. Saya merasa banyak berhutang budi dengannya.

Mas Andreas memberikan kesempatan kepada saya mengikuti kursus jurnalisme sastrawi, tinggal di apartemennya. Dia juga membantu saya mencarikan pekerjaan. Memberikan perhatian, masukan, dan semangat dalam hidup saya. Mengenalkan saya dengan banyak orang. Selalu mengingatkan untuk sabar. Rendah hati. Menulis bagus. Kursus Bahasa Inggris.

Tiap bertemu, tidak ada yang lain kecuali diskusi tentang apa pun. Mulai dari negara Indopahit, media yang tidak beres, rezim korup, pembunuhan rakyat sipil, nasionalisme, Aceh, sampai cerita tentang keluarga kami. Dia tempat saya bertanya, curhat, atau berkeluh kesah. Dia seperti dokumen berjalan.

Semalam, Mas Andreas mengenakan stelan jas hitam. Pakaiannya agak ketat mirip pakaian Jet Lee di film-film kung fu Hongkong. Sapariah mengenakan kebaya krem dengan kerudung yang serasi.

Pesta berlangsung ramai dan meriah. Di sana saya bertemu Mbak Indar, Artine Utomo, Esti, Nugi dan pasangannya, Eva, Fiqoh, Yani, Bintang, Imam, fotografer Iqbal, Buset, Fahri, Mbak Linda, Kang Agus dan Veby, Hendra, Turyanto, Andrie, dan teman-teman yang lain. Mereka orang-orang Pantau.

Saya merasa bahagia dengan pernikahan Mas Andreas dan Sapariah ini. Saya terharu. Kami pulang pukul 21.35. Tak ada kata-kata yang bisa terucap selain, "Selamat..selamat. Semoga Mas Andreas dan Sapariah bahagia. Sampai maut memisahkan..!"

Well..tak terasa, libur begitu singkat. Sekarang saya sudah di meja kerja.

0 komentar: