Friday, April 13, 2007

"Pamer Paha"

Salam,

Jumat pagi ini, seperti biasa, saya buka situs berita detik.com untuk mengetahui peristiwa-peristiwa terbaru di Jakarta. Saya teliti satu per satu berita yang ditampilkan dalam situs. Sampai-sampai saya menemukan judul sebuah berita yang bikin saya penasaran. Judulnya: “Ekor Pamer Paha di Tebet Mencapai Basuki Rahmat Jaktim”.

Tentu yang membuat penasaran saya adalah kata ‘Pamer Paha’. Saya yakin, banyak orang punya rasa yang sama ketika melihat judul ini. Ya, apa ‘Pamer Paha’ itu? Kenapa ekor dikaitkan dengan paha? Tambah bikin penasaran lagi paha kok dipamer-pamerkan? Saya pikir ini bukan paha orang tapi paha ayam.

Eh, setelah saya pencet link judul tadi, saya baru mendapat keterangan tentang pamer paha yang oleh detik.com dijelaskan sebagai singkatan padat merayap tanpa hambatan. Sebuah istilah yang kontradiksi in terminis. Diceritakan oleh detik.com tentang kemacetan di Tebet sebagai akibat peringatan Maulid Nabi Muhammad yang diselenggarakan di rumah Habib Ali Assegaf, Tebet. Macetnya diberitakan sampai Jalan Basuki Rahmat Jaktim.

Saya lalu pikir-pikir sejenak tentang akronim ‘pamer paha’ tadi yang sebenarnya pernah saya dengar di radio-radio ibukota. Para pengemudi yang terkena macet sering menggunakan radio sebagai sarana komunikasi, tukar menukar, atau mendengarkan informasi tentang kondisi jalan-jalan tertentu. Mereka saling memberikan informasi kepada pengguna jalan lainnya dengan singkat. Maka mahfum mereka pun gemar menggunakan akronim-akronim tentang kondisi jalan, termasuk akronim ’pamer paha’ ini.

Yang saya persoalkan adalah, mengapa orang cenderung latah dengan model-model singkatan ya? Kita bisa lihat hampir di semua media massa kita akrab dengan model penulisan singkatan ini untuk menunjuk pada istilah tertentu.

Tapi apakah kita tahu apa makna dari singkat menyingkat tersebut? Bagaimana sejarahnya? Dan apa impaknya?

Yang saya tahu, singkat-menyingkat kata ini, untuk konteks Indonesia, pertama kali yang memulai adalah kaum tentara. Mereka terbiasa dengan disiplin dan tegas. Tentara juga dilatih untuk memberi respon secara cepat. Oleh karena itu, tentara sering menggunakan singkatan-singkatan atau bahasa simbol dalam komunikasi internal mereka.

Kita cek saja mulai dari Danrem untuk kepanjangan Komandan Resort Militer, Kodam buat Komando Daerah Militer, Babinsa singkatan dari Badan Pembinaan Desa, dll.

Nah, tampaknya singkatan ini sudah makin jamak untuk kalangan umum dan media menjadi latah melakukan hal yang sama. Pernah ada seorang teman saya bercerita tentang seorang tetangga perempuannya di kampung yang tinggal di rumah gubuk. Saya iseng bertanya apa pekerjaan perempuan tetangganya itu. ”Dia seorang Bupati,” kata teman saya. ”Loh Bupati kok tinggal di tempat kumuh?” tanyaku. ”Bupati itu buka paha tingi-tinggi!”

Weleh, weleh. Saya makin bingung saja.

1 komentar:

trian said...

pamer susu = padat merayap susul-susulan ... bahasa bikers (motor) ...hehehe