Tuesday, January 1, 2008

Weka Wardhani dan Nasib Skripsinya

Sudah empat tahun lamanya, Weka Wardhani, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) berjibaku dengan tugas akhir. Berikut adalah surat Weka sebagai respon Dyasandria, orang se-almamater yang mengirim komentar pada tulisan saya tentang skripsi Weka yang saya posting Januari tahun lalu.

Terima kasih atas perhatian kawan-kawan (khususnya kawan-kawan Himmah dan Kang Wiwid yang memberi kontribusi berarti untuk skripsi saya). Sayang sekali baru sekarang saya menemukan tulisan ini (sebelumnya memang sudah saya cari-cari setelah Mb Tuti bercerita tentang tulisan ini). Skripsi saya sedang masuk ke bab 3, menentukan metode apa yang akan saya ambil untuk penelitian ini, sambil terus mengubah di sana-sini bab sebelumnya.

Saya memang membuang waktu terlalu lama untuk skripsi ini, lebih karena masalah individu, yang kurang tangguh saat mengalami benturan pola pikir dengan dosen pembimbing. Saya memang sudah mendapat kartu merah, tapi kasus saya memang anomali, judul ini masih bisa saya pertahankan.

Menurut saya birokrasi untuk mengganti judul ini bukan solusi kalau masalahnya adalah perbedaan mindstream. Memang, dosen pembimbing saya kompeten untuk membimbing saya pada tema skripsi ini, dengan catatan, untuk parameter Psikologi UII.

Sebelumnya saya sempat berganti judul, tentang orientasi keagamaan mahasiswa UII. Rencananya saya ingin mendapatkan informasi tentang orientasi keagamaan mahasiswa di Universitas Islam Indonesia, bagaimana perannya dalam membentuk mindstream kehidupan beragama, dan bagaimana peran UII sebagai lembaga pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam pada hal tersebut.

Tetapi kebanyakan dosen tidak memahami maksud proposal dan presentasi saya. Saya baru teringat, paradigma di kampus ini berbeda dengan paradigma yang saya pelajari dari Himmah dan pengetahuan yang saya dapat dari luar. Sejak kuliah akhir dan skripsi, saya memang jarang ke kampus kecuali ke perpustakaan. Apa ini jadi parameter baik-buruknya mahasiswa? Ah, naif sekali.

Setelah saya pikir ulang, penelitian tema tentang orientasi keagamaan tersebut akan melenceng jauh dari rancangan awal saya saat membaca penelitian-penelitian dosen-dosen yang 'ditawarkan': tentang keagamaan secara praksis dan ritual. Kemudian saya berbalik pada judul awal.

Penelitian tentang dampak psikologis pembangunan Plaza Ambarrukmo ini juga tidak seperti yang saya harapkan. Sebelumnya saya berbicara tentang propaganda pembangunan yang membawa kesejahteraan dan kemajuan. Saya membandingkan penelitian-penelitian developmentalisme dengan penelitian dan teori dependensi.

Tapi rupanya antusiasme ini harus saya redam, karena sepertinya (tanpa mengurangi rasa hormat), pembimbing saya memiliki paradigma yang berbeda. Penelitian dan teori di dalam psikologi yang saya temukan memang menganut teori developmentalisme.

Saya rasa, untuk kelancaran akademik, mau-tidak mau, saya beradaptasi saja untuk secepatnya meninggalkan kampus yang menurut saya, tidak mencerdaskan ini.

salam

0 komentar: